Seri Million Ways: Bisnis dengan Un-Organic Growth (2)
Seri Million Ways: Bisnis dengan Un-Organic Growth (2) |
Seri Million Ways: Bisnis dengan Un-Organic Growth (2)
Saya akan coba menulis pembahasan merger & acquisition dengan seringan mungkin agar mudah dipahami. Sekitar dua hari lalu, sambil santap sahur dengan istri dan anak-anak, saya iseng buka beberapa pesan di HP. Cukup mengagetkan ketika ada sahabat kami di komunitas mengirimkan pesan bahwa beliau dipercaya oleh investor untuk mengelola dana masuk di bisnisnya sebesar 1 triliun Rupiah. Saya hitung pelan-pelan dengan mata mengantuk jumlah nolnya. Ternyata, jumlah nol ada 12. Kaget juga dan saya jadi melek. Ha, ha, ha.
Wow, ternyata zaman ekonomi seperti sekarang ini masih cukup banyak cash dari korporasi-korporasi besar yang siap terjun bebas masuk ke bisnis pengusaha lain yang bisa mendongkrak usaha mereka yang sudah establish. Pertanyaannya, kenapa? Nah, ini yang harus sedikit kita kupas.
Sebuah korporasi besar, sudah dipastikan harus memiliki omzet besar dan armada besar untuk mendongkrak kinerja besar secara total. Jika diibaratkan kendaraan, kalau casing-nya sudah dumptruck maka tidak bisa pakai mesin motor.
Oleh karenanya, apabila kinerja korporasi besar dirasa sudah mulai melambat baik dari faktor eksternal maupun faktor internal maka level top management harus segera bergerak cepat, tepat, dan akurat untuk segera mendongkrak kinerja. Nah, di sinilah kuncinya, kenapa sebuah korporasi sangat sekali gemar untuk ambil alih saham dengan metode akuisisi atau bahkan kolaborasi dengan metode merger atau bahkan melakukan keduanya yang tujuan utamanya sama yaitu mempercepat laju roda kendaraan bisnis.
Kenapa harus menggunakan metode akuisisi? Analoginya, saya sekarang punya satu gerobak bakso, penjualan laris, dan akhirnya bisa menyimpan uang di celengan hingga 10 juta Rupiah. Kemudian saya berpikir akan membuat gerobak bakso lagi dengan waktu tiga bulan, kemudian cari partner pengusaha baru dan butuh waktu enam bulan untuk menghasilkan omzet yang normal. Sedangkan ada tetangga rumah punya kios bakso, lagi butuh uang Rp10 juta untuk uang sekolah dan saya ditawarkan untuk ambil alih usahanya yang sudah berjalan dua tahun.
Pertanyaannya, mana yang akan lebih cepat menghasilkan uang? Tentunya mengambil alih kios bakso dengan modal sama Rp10 juta dan hanya butuh waktu satu hari untuk menghasilkan uang. Nah, itulah gaya korporasi yang dikecilkan menjadi level mikro bisnis. Namun, tentunya kedua metode ini memiliki dampak positif dan negatif masing-masing.
Teringat betul waktu belajar ilmu ini (lihat tulisan saya sebelumnya Unorganic Growth 1) saya harus mengambil keputusan setelah berhasil mengakuisisi perusahaan kompetitor dan sekaligus supplier, ternyata harus tergopoh-gopoh mengelola dua entitas roda bisnis yang berbeda tapi satu jenis bisnisnya. Ibaratnya, saat itu saya punya dua gerobak sapi yang besar dengan masing-masing gerobak ditarik oleh satu sapi. Akhirnya saya putuskan untuk membongkar gerobak dan menggabungkan kedua gerobak itu menjadi satu gerobak besar dan ditarik oleh dua sapi secara bersamaan
Nah, itulah ilustrasi merger dalam perusahaan, yaitu menggabungkan dua entitas bisnis dalam satu kendali. Sahabatku, ini yang akan kita kupas dalam business gathering yang akan saya selenggarakan di bulan Agustus 2018. Bukti kongkrit sebuah aksi korporasi yang akan saya perkecil skalanya dan kita bisa saling kolaborasi.
Luangkan waktu di empat hari dan tiga malam untuk kita diskusi dan langsung mengambil keputusan menjalankan gaya korporasi dengan akuisisi bisnis dari salah satu teman pengusaha UKM yang kita pilih bersama. Gaya Korporasi, Aksi Akselerasi dalam sebuah Community.
berjuta-juta cara, berjuta-juta semangat, berjuta-juta manfaat, untuk mendapat rahmat. Million Ways.
Labels:
Bisnis