Lebaranomic Full Power Sindrome
Indonesia begitu hebat dalam semua hal termasuk di dalamnya nilai-nilai budaya yang terus tertanam di segenap penduduk masyarakat hingga ke pelosok negeri.
Adalah sebuah budaya luhur menghargai orang tua dan kampung halaman yang diapresiasi dengan baik lewat kebijakan pemerintah maupun pengusaha yang mampu menciptakan sebuah fenomena yang saya sebut: Lebaranomic Full Power Sindrome.
Yuk, kita ulas sedikit bagaimana sebuah kekuatan besar tatkala ada pergerakan sebuah annual social culture yang disebut Ramadan dan Lebaran. Sebuah perubahan yang terjadi setahun sekali dan menciptakan sebuah pergerakan sosial serta perputaran roda ekonomi nasional. Kenapa saya pilih kalimat itu? Karena kenyataannya lebaran sangat berimplikasi powerfull terhadap ekonomi nasional.
Ada banyak fakta yang menyebutkan bahwa Lebaranomic sangat powerfull di antaranya:
1. Hampir seluruh industri consumer (konsumsi) mengalami peningkatan penjualan selama tidak kurang kurun waktu dua bulan sebelum lebaran hingga puncaknya adalah peningkatan omzet di bulan Ramadan dan bulan Syawal (Idul Fitri);
2. Terjadi peningkatan daya beli masyarakat karena tradisi belanja menjelang sebuah perhelatan hari raya menjadi sebuah paradigma "kewajiban" bagi setiap keluarga;
3. Ada peningkatan omzet dan keuntungan hampir di mayoritas sektor industri yang berhubungan langsung dengan konsumsi masyarakat baik konsumsi primer maupun konsumsi tersier.
Nah, pertanyaannya kenapa bisa seperti itu dan bagaimana hal itu akan menjadi sebuah peluang usaha yang sangat kuat apabila dikelola dengan baik? Coba kita kalkulasi betul sebagian data berikut:
1. Jumlah angkatan kerja sesuai data dari BPS di tahun 2017 menyebutkan ada 131 juta warga yang aktif bekerja. Apabila diasumsikan 100 juta orang rata-rata berpendapatan Rp3 juta dan 31 juta orang berpendapatan rata-rata Rp6,5 juta maka hanya dalam bulan Ramadan dan Idul Fitri tidak kurang terjadi transaksi finansial sebesar Rp1.000 triliun serentak di seluruh Indonesia;
2. Bagi golongan berpendapatan high class, berapa triliun rupiah yang harus mengalir ke negara seperti Singapura, Malaysia, Eropa, dan Amerika Serikat pada sesi ini? Yang notabene kalangan ini mayoritas tidak merayakan lebaran dan hal ini menjadi sesi khusus berpelancong ke mancanegara karena libur panjang yang ditetapkan bersama dan banyaknya likuiditas di dalam keluarga;
Dari sisi lain di luar penikmat euforia sebuah dari tunjangan hari raya memang sudah menjadi sebuah kewajiban dari perusahaan/instansi untuk merealisasikan hal ini yang menyebabkan transaksional ini tetap berlangsung sepanjang tahun. Apakah kita terbayang, betapa besarnya kekuatan ekonomi di bulan Ramadan dan lebaran yang saya sebut Lebaranomic ini?
Yuk, coba kita analisis lagi.
Bayangkan untuk membuat satu kilomerer jalan tol, total investasi yang dibutuhkan sebesar Rp100 miliar. Berarti kalau seluruh lapisan masyarakat berbahu-padu hanya butuh satu tahun bisa membangun minimal 5.000 km jalan tol baru yang hasilnya bisa dinikmati dan dirasakan semua pihak yang berkecimpung di dalamnya yang selama ini kenikmatan atas hasil investasi ini hanya dirasakan oleh segelintir orang dan dari dana pinjaman asing.
Sahabatku semua, biarlah mimpi kosong saya ini hanya menjadi penyejuk dan penyemangat hari akhir bulan Ramadan. Biarlah angan gombal saya ini menjadi teman hausku dalam berpikir dan biarlah revolusi dangkal pemikiranku ini hanya menjadi sebuah titik nadir sebuah impian. Hanya Allah yang menentukan semua ikhtiar.
Berjuta-juta cara, Berjuta-juta semangat, Berjuta-juta manfaat, untuk mendapat rahmat. Million Ways. Semoga hidup kita tetap memberikan manfaat untuk sesama. Amin.
Labels:
Perspektif